Jumat, 24 April 2015

Cerbung - Goresan Luka Terdalam (EPS 5)

"Nape, Loe?" tanya Yogi ke Mira

"Ramon,,, dia nolak gua." jawab Mira sambil menangis

"Yah, di tolak malah nangis, Noh ada si cungkring yang setia ama loe."

"Gua sedih bukan karena, cinta gua, bertepuk sebelah tangan. Tapi si Ramon malah nembek Yunus. Masa, coba kamu bayangin, gimana sakitnya di bandingin dengan seorang cowok."

"What? Ramon Gay?" tanya si cungkring.

Sementara teman - temannya sibuk ngobrol. Andri hanya memberikan sebuah tatapan sinis ke arah adiknya. Entah apa yang terlintas di dalam pikirannya saat itu.

Begitu juga dengan Yunus, dia merunduk takut melihat tatapan yang di berikan oleh kakaknya.

Jam istirahat telah usai, sekarang saatnya para murid kembali ke dalam kelasnya masing - masing.
Tidak seperti biasanya, kali ini Andri tidak pernah berbicara kepada adiknya. Dia hanya konsentrasi ke mapel yang sedang di ikutinya.

Bahkan sampai di jam pulang sekolah, Andri tetap tidak menegur adiknya. Hingga akhiirnya Yunus menegurnya.

"Ada apa denganmu, Bang? Kenapa hari ini kamu berubah?" tanya Yunus.

"Tidak apa - apa... Aku cuma lagi malas berbicara... Iya kemarin siang aku lihat kamu dengan Ramon di restoran sierra... Kelihatan kalian sedang asyik ngobrol, ngomongin apa?"

"Oh, kemarin itu Handphonenya jatuhdi jalan dan aku yg menemukannya, kemudian dia menelpone kemudian dia buat janji buat ngambil Handphonenya itu di restoran sierra... Mau kerupuk?" jawab Yunus sambil menyodorkan kerupuk ke kakaknya

Mendengar jawaban dan tawaran kerupuk dari adiknya itu, Andri jadi marah. Bahkan dia menepuk kerupuk yang di sodorkan oleh Yunus hingga jatuh ke tanah, kemudian dia berlari meninggalkan tempat itu.

"Abang, ada apa denganmu..." Yunus yang sedikit kaget menerima perlakuan kasar yang tidak tahu salahnya dimana kemudian mengejar abangnya itu. "Tunggu aku, Bang"

Andri tidak memperdulikan panggilan adiknya itu. Dia terus berlari dan menghidupkan sepeda motornya, meninggalkan Yunus sendiri.

***

Jam telah menunjukkan pukul 09:00 malam. Namun Yunus belum juga tiba di rumah. Sementara Andri yang berada di rumah, merasa bersalah karena telah memarahi adiknya. Tidak seharusnya dia berbuat hal demikian, belum tentu apa yang ada di dalam pikirannya itu benar.

Kemudian dia putuskan untuk mencari adiknya,  di telusurinya semua tempat yang biasa dia pergi bersama dengan adiknya, namun hasinya nihil. Dia belum bisa menemukan dimana keberadaan adiknya itu. Akhirnya dia teringat di suatu tempat yaitu sebuah sungai Citarum

Andri pun memacu sepeda motornya kearah sungai citarum, dia sangat yakin kalau adiknya sekarang berada di tempat itu. Disungai itu terdapat sebuah pelabuhan yang terbuat dari kayu. Dia teringat waktu itu adiknya pernah berbicara kalau dia lagi ada masalah dan tak ingin di ganggu, maka tempat yang paling nyaman buatnya adalah pelabuhan itu. Karena selain sepi tempat itu juga bisa di jadikan sahabat buatnya.

Benar saja setibanya Andri disana, dia menemukan adiknya tengah duduk termenung menatap ke arah arus sungai citarum.

Andri kemudian melangkahkan kakinya menuju ke arah adiknya. "Apa yang kamu lakukan disini sendiri.?"

Yunus yang terkejut melihat kedatangan kakaknya kemudian bediri dan menghadap ke arah kakanya. "Aku cuma lagi ingin sendiri, dan mencoba untuk mencari tahu, dimana letak kesalahanku. kenapa abang marah denganku?"

Mendengar penuturan dari adiknya, kemudian Andri memeluk adiknya ang saat itu tepat berada di depannya. "Kamu tidak salah, aku yang salah. Aku terlalu menyayangimu. Hingga aku merasa cemburu jika melihatmu bersama orang lain, entah itu seorang perempuan atau pun laki - laki."

Yunus yang kaget mendengar penuturan kakaknya kemudian melepas pelukan kakaknya, kemudian dia berkata. "Apa, Bang? apa aku tidak salah dengar?"

"Ya, aku mencintaimu selayak aku mencintai kekasihku, bukan sebagai adik dan kakak. Aku tahu rasa yang aku miliki ini salah. Tapi, aku punya prinsip hidup. Kalau kamu jatuh cinta kepada seseorang, kamu harus jujur dan mengutarakannya. Karna waktu itu sangat berharga. Sekarang terserah kamu, mau benci aku, mau marah ke aku. Tapi aku minta kamu jangan pernah berubah setelah mengetahui isi hatiku."

Yunus hanya terdiam mendengar pengakuan abangnya itu. Dia tidak mampu untuk berkata apa - apa. Namun di hatinya juga ada sedikit kebahagiaan itu terlihat dari wajahnya yg terlihat berseri dan sedikit tersenyum.

Melihat reaksi adiknya yang diam tapi mau, Andri kemudian meletakkan tangannya di antara telinga dan dagu Yunus. dengan begitu perlahan dia mulai mendekatkan wajahnya ke arah adik yang telah diangkatnya menjadi kekasihnya.

Yunus yang merasa aneh, sedikit gugup. Kenapa tidak, selama ini dia belum pernah merasakan yang namanya ciuman. Jangankan dengan seorang cowok, dengan perempuan pun dia belum pernah melakukan yang namanya ciuman di bibir. Dia hanya pasrah dan menutup matanya, di hatinya dia menolak hal itu. Namun disisi lain dia juga segan untuk menolaknya.

Sementara itu, Bibirnya Andri semakin mendekati arah lawan, yaitu bibirnya Yunus. hanya tinggal beberapa cm saja Andri memajukan wajahnya. maka terjadilah sebuah ciuman yang tak seharusnya terjadi itu.

Andri yang membuka mata dan melihat terpancar sedikit ketakutan di wajah kekasihnya kemudian memajukan wajahna dengan cepat. Akan tetapi dia menyerongkan arah. Dia tidak mencium bibir adik tirinya itu melainkan dia mencium keningnya.

Mungkin ada sekitar 3 menit Andri membiarkan bibirnya mendarat di kening Yunus barulah dia melepaskan dan menjauhkan bibirnya dari kening adiknya. "Sungguh aku benar - benar mencintaimu" ucap Andri kemudian

"Terima kasih, Abang. Aku juga mencintaimu jauh dari lubuk hatiku" balas Yunus ang kemudian menciium pipi kanan kekasih barunya sekaligus kekasih pertamanya. "Aku mau, Abang berjanji tidak akan meninggalkan aku, walau apapun yang terjadi."

"Oke, aku berjanji akan sealu menjagamu dan menyayngimu seumur hidupku."

"Janji" ucap Yunus kemudian sambil mengulurkan jari kelinking ke arah kekasih barunya itu.

"Janj" ucap Andri yang kemudian menyambut jari kelinking Yunus dengan jari kelinkingnya.

 Setelah selesai mengucap janji, sepasang kekasih itupun pergi meninggalkan tempat itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar